Bagikian Artikel ini

Jumat, 31 Desember 2010

10 Penemuan Sains Terbaik di Dunia Tahun 2010


Para ilmuwan dari berbagai disiplin keilmuan seperti kimia, astronomi, biologi, arkeologi, dan palaentologi telah berhasil menemukan fakta-fakta spektakuler dalam sains. Berikut ini adalah penemuan sains terbaik sepanjang tahun 2010 yang dipublikasikan oleh Majalah Times. Di antara daftar penemuan terbaiknya, terdapat satu penemuan yang merupakan keberhasilan ilmuwan asal Indonesia lho..

1. Gen Penyebab Penuaan Mengapa orang-orang tertentu tampak cepat tua? Para ahli genetika menemukan bahwa hal tersebut disebabkan oleh ulah gen TERC. Gen tersebut menentukan panjang telomer, semacam tutup yang terdapat pada ujung kromosom.

Orang pembawa gen itu akan cenderung mengalami penuaan lebih cepat sebab telomernya akan memendek lebih cepat. Orang yang membawa satu copy gen itu misalnya, akan tampak sama tua dengan orang yang 3-4 tahun lebih tua darinya. Penelitian tentang gen TERC itu dipublikasikan dalam Jurnal Genetics.

2. Muons dan Pembentukan Alam Semesta Para ilmuwan mengatakan bahwa jumlah materi dan anti materi yang dihasilkan sebelum big bang haruslah berbeda. Hanya perbedaan itulah yang memungkinkan terciptanya semsta.

Sebelumnya, perbedaan itu hanya mungkin dalam teori. Hingga tahun ini, percobaan partikel di Fermilab menemukan bahwa muons (partikel sub atomik seperti halnya elektron) yang dihasilkan memiliki kelebihan 1% anti muons.

Perbedaan muons dan anti muons tersebut memang tidak terlalu banyak. Namun, para ilmuwan mengatakan bahwa jumlah itu cukup untuk memacu terciptanya semesta.

3. Bulan Lebih Basah Daripada Sahara Misi Lunar Crater Observation and Sensing Satellite (LCROSS) berhasil menemukan keberadaan air di bulan, tepatnya di wilayah kutub selatan bulan. Jumlah air di permukaan bulan yang ditemukan dalam riset tersebut sangat mengejutkan, lebih dari 50% dari yang diharapkan.

4. Planet Ekstra Surya Para peneliti menemukan bahwa terdapat banyak sekali planet di luar tata surya. Salah satunya adalah planet HIP 13044b yang ditemukan oleh Astronom asal Indonesia, Johny Setiawan. Planet tersebut sebenarnya merupakan planet ekstra surya tetapi masuk ke galaksi Bima Sakti.

Penemuan planet ekstra surya lainnya adalah adanya 7 planet yang mengorbit pada bintang HD 10180. Sementara, penemuan planet lainnya yang juga memukau adalah Gliese 581g, planet ekstra surya dikatakan mengorbit bintangnya pada jarak yang tak terlalu pnas ataupun dingin, seperti bumi mengorbit matahari.

Air yang terdapat di kutub selatan bulan itu terdapat dalam bentuk es yang tercampur dengan materi lain. Para peneliti mengatakan, es tersebut bisa diolah menjadi air murni. Hl itu bisa menghemat biaya misi pendaratan ke bulan sebab tak perlu membawa air dari bumi.

5. Dinosaurus Bertanduk Bulan September tahun ini, para ilmuwan resmi menamai satu golongan baru dinosaurus yang disebut Kosmoceratops. Berat badan golongan dinosaurus tersebut mencapai 2500 kilogram. Dan, yang membuatnya unik adalah adanya 15 buah tanduk di kepalanya.

Kosmoceratops sebenarnya telah ditemukan pada tahun 2007, namun para ilmuwan baru bisa mengidentifikasinya tahun ini. Golongan dinosaurus itu diduga hidup 76 juta tahun yang lalu di wilayah yang kini dikenal dengan nama Utah, Amerika Serikat.

6. Piramid Mexico Teotihuacan Para arkeolog yang meneliti Piramid Mexico Teotihuacan berhasil menemukan koridor selebar 12 kaki lengkap dengan bagian atapnya. Dengan penemuan koridor tersebut, para arkeolog berharap bisa mengetahui jalan menuju pemakaman para rabi atau pemimpin agama dalam peradaban Mexico tersebut.

7. Penemuan Australopithecus sediba Para ilmuwan menemukan fosil Australopithecus sediba, sebuah spesies manusia purba di wilayah Malapa, Afrika Selatan. Fosil tersebut diduga berasal dari masa 2 juta tahun yang lalu.

Para palaentolog menduga, fosil tersebut berkaitan dengan fosil manusia purba Homo erectus yang secara evolusioner kemudian berkembang menjadi Homo sapens atau manusia modern. Penemuan spesies ini, menurut para ilmuwan, bisa melengkapi data evolusi manusia.

8. Metamaterial Penemuan ini dilakukan oleh Profesor Martin McCall dan Imperial College, London. Metamaterial yang dibuat dikatakan bisa "mengaduk" aliran energi elektromagnetik. cahaya yang melewati metamaterial tersebut akan terhambur secara tidak merata, membentuk gap antara ruang dan waktu.

9. Ununseptium Unuseptium yang untuk sementara dinamai unsur ke 117 merupakan kombinasi antara isotop berkelium dan kalsium yang diciptakan para ilmuwan di Dubna, Rusia. Para fisikawan mengatakan bahwa unsur ini bisa menunjukkan "island of stability", dimana unsur yang terberat bisa bertahan selama berbulan-bulan.

10. Rahasia Kucing Menyeruput Susu Para ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Virgiania Tech dan Princeton University menemukan rahasia cara kucing menyeruput susu. Mereka menemukan bahwa ketika kucing akan minum, lidahnya menjulur terlebih dahulu mebentuk huruf J.

Akibat kemampuan tersebut, kucing tak harus memasukkan seluruh lidahnya ke wadah susu. Bentuk huruf J memungkinkan terbentuknya lajur susu di antara lidah yang bergerak dengan permukaan cairan. Ketika kucing menutup mulut, susu pun bisa diminum tanpa mengakibatkan dagu menjadi basah.


Sumber : http://unik.bloggermu.com/2010/12/10-penemuan-sains-terbaik-dunia-2010.html

Bukti Keberadaan Air di Permukaan Bulan

Data baru dari wahana Deep Impact dan Moon Mineralogy Mapper (M3), instrumen yang dibawa oleh wahana milik India yang baru saja menghakhiri misinya di Bulan, Chandrayaan-1, untuk pertama kalinya menyajikan bukti yang jelas bahwa air ternyata eksis di permukaan Bulan.
“Observasi oleh wahana Deep Impat terhadap permukaan bulan tidak hanya tegas-tegas mengkonfirmasi keberadaan OH/H2O di permukaan bulan, melainkan juga mengungkap bahwa keseluruhan permukaan bulan terbasahi setidaknya pada sebagian sisi permukaan bulan yang mengalami siang hari,” demikian tulis Jessica Sunshine, astronom dari University of Maryland yang juga penulis utama dari paper mengenai data dari wahana Deep Impact yang diterbitkan pada jurnal Science pada 24 September lalu.
Sejumlah kecil air menghasilkan kegembiraan besar. “Menemukan air di bulan di siang hari adalah kejutan besar, bahkan apabila hanya sedikit air dan hanya dalam bentuk molekul yang menempel di tanah,” jelas Sunshine. Pandangan ilmiah selama ini menyatakan bahwa kemungkinan tidak ada air di permukaan Bulan, dan sekalipun ada, hanya dapat ditemui di kawah yang berbayang dan dingin secara permanen di kutub bulan.
“Dalam data dari Deep Impact, kita pada dasarnya menyaksikan molekul air membentuk dan kemudian menghilang tepat di depan mata kita,” kata Sunshine, yang mengatakan reaksi pertamanya terhadap data M3 adalah skeptis.
“Kami tidak yakin bagaimana hal ini terjadi,” katanya, “tapi temuan kami menunjukkan sebuah siklus yang didorong oleh matahari dimana lapisan air yang hanya setebal beberapa molekul membentuk, menghilang dan kembali membentuk setiap hari di permukaan bulan. Kami berpendapat bahwa ion hidrogen dari matahari yang dibawa oleh angin matahari ke Bulan telah berinteraksi dengan mineral yang kaya oksigen dalam tanah bulan untuk menghasilkan molekul air [H2O] dan hidroksil [OH] yang ditunjukkan secara meyakinkan melalui analisa spektral. Dalam sebuah siklus yang terjadi seluruhnya di siang hari, air ini terbentuk di pagi hari, secara substansial hilang pada tengah hari, dan kembali terbentuk saat permukaan bulan mendingin menjelang malam hari.
“Jika hal ini benar, maka hidrasi melalui angin surya diperkirakan akan terjadi di seluruh Tata Surya bagian dalam pada semua objek hampa udara dengan mineral yang mengikat oksigen pada permukaannya,” kata Sunshine.
“Dalam konteks sains Bulan, ini adalah penemuan besar,” tegas Paul G. Lucey, seorang ilmuwan planet dari University of Hawaii dalam sebuah artikel yang dimuat di  harian Los Angeles Times.
“Tidak ada bukti yang dapat diterima bahwa terdapat air di permukaan bulan, [tapi] kini telah ditunjukkan bahwa hal itu dengan mudah dapat dideteksi melalui metode yang sangat sensitif. Sebagai ilmuwan yang mempelajari bulan, saat saya membaca tentang ini, saya merasa sangat senang,” jelas Lucey, yang tidak terlibat dalam riset tersebut.
Walaupun instrumen M3 dan tim sainsnya telah membuat penemua awal mengenai keberadaan air di sejumlah area di permukaan Bulan, Sunshine dan para co-author dari paper Deep Impact menyatakan bahwa bukti konklusif dari penemuan air, pemahaman bahwa itu adalah fenomena yang terjadi di seluruh permukaan, dan pengetahuan bahwa itu adalah proses yang bergantung pada suhu hanya dimungkinkan berkat data yang dikumpulkan oleh wahana Deep Impat dalam misi lanjutannya saat ini (dengan nama Extrasolar Planet Observation and Deep Impact Extended InvestigationEPOXI).
Deep Impact tidak didesain untuk mempelajari Bulan, namun untuk misi yang terkenal pada 2005, dimana wahana ini berhasil melubangi permukaan komet Tempel 1 untuk mencari tahu apa yang ada didalamnya. Data mengenai air di permukaan bulan diambil sebagai bagian dari kesempatan melakukan kalibrasi pada perlintasan dengan Bumi dan Bulan yang terjadi pada Juni 2009 dan Desember 2007 guna mendapatkan dorongan gravitasi untuk mencapai komet kedua dalam misinya, Hartley 2, yang akan dicapainya pada November 2010 mendatang.
“Tanpa rentang spektral dari instrumen Deep Impact, penemuan air di permukaan oleh M3 tidak akan sampai sedemikian definitif, dan karena wahana Deep Impact melakukan observasi pada waktu-waktu yang berbeda dari siang hari di Bulan, efek dari temperatur menjadi lebih jelas terlihat,” jelas Sunshine.
Astronom dari University of Maryland, Michael A’Hearn, pimpinan tim sains Deep Impact dan EPOXI, dan salah satu dari empat co-author Sunshine menyatakan, “Saya pikir, adalah sangat hebat bahwa wahana Deep Impact, yang pernah menjadi yang pertama mendeteksi es pada inti sebuah komet, kini mendemonstrasikan eksistensi keberadaan air di Bulan.”
“Wahana dan instrumen yang hebat ini terus membuat penemuan yang penting dan tak terduga, lama setelah misi utamanya selesai,” lanjutnya. (newsdesk.umd.edu)

Menyingkap Rahasia Atmosfer Pluto

Pluto, yang yang berukuran sekitar seperlima ukuran Bumi, sebagian besarnya tersusun atas batuan dan es. Terletak sejauh 40 kali rata-rata jarak Bumi ke Matahari, Pluto adalah dunia yang sangat dingin dengan suhu permukaan mencapai -220 derajat Celcius.
Sejak dekade 1980-an telah diketahui bahwa Pluto memiliki atmosfer yang tipis yang didominasi oleh nitrogen dengan jejak metana dan kemungkinan karbon dioksida. Tekanan atmosfernya hanya sekitar seperseratus ribu tekanan atmosfer Bumi, atau sekitar 0.015 milibar.
Sampai baru-baru ini, hanya lapisan atas dari Atmosfer Pluto yang dapat dipelajari. Dengan mengamati okultasi bintang (ESO 21/22), fenomena yang terjadi apabila suatu anggota tata surya menghalangi cahaya sebuah bintang di latar belakang, para astronom berhasil menunjukkan bahwa lapisan atas dari atmosfer dari Pluto adalah berkisar -170 derajat Celcius, atau sekitar 50 derajat lebih hangat daripada suhu di permukaannya. Observasi ini dapat memberikan petunjuk mengenai temperatur dan tekanan atmosferik di dekat permukaan Pluto.
Namun uniknya, observasi terkini menggunakan perangkat CRyogenic InfraRed Echelle Spectrograph (CRIRES) yang terpasang pada Very Large Telescope milik European Space Observatory (ESO) kini telah mengungkapkan bahwa atmosfer Pluto secara keseluruhan, bukan hanya di lapisan atasnya, memiliki suhu rata-rata sekitar -180 derajat Celcius, dan dengan demikian “jauh lebih panas” daripada suhu permukaannya.
Berkebalikan dengan atmosfer Bumi, di Pluto temperatur justeru meningkat seiring bertambahnya ketinggian. Perubahan suhunya berkisar 3 hingga 15 derajat per kilometer. Di Bumi, dalam kondisi normal, temperatur berkurang sekitar 6 derajat setiap kilometer ketinggian.
Alasan mengapa permukaan Pluto sedemikian dingin berhubungan dengan eksistensi atmosfer Pluto, yakni karena terjadinya sublimasi es di permukaan; analog dengan keringat yang mendinginkan tubuh saat menguap dari permukaan kulit kita, sublimasi ini memiliki efek pendinginan pada permukaan Pluto. Dari segi ini, Pluto memiliki sifat yang sama dengan komet, dimana bagian coma dan ekornya juga terbentuk dari es yang menyublim saat komet mendekati Matahari.
Observasi menggunakan CRIRES juga mengindikasikan bahwa metana adalah gas paling berlimpah nomor dua di atmosfer Pluto, merepresentasikan setengah persen dari molekul-molekul yang ada. “Kami berhasil menunjukkan bahwa jumlah sebesar itu memainkan peranan penting dalam proses pemanasan di atmosfer dan dapat menjelaskan peningkatan suhu atmosferik,” jelas Emmanuel Lellouch, penulis utama makalah yang melaporkan penemuan ini.
“Menarik untuk dipikirkan bahwa dengan CRIRES kami dapat mengukur secara presisi jejak suatu gas dalam atmosfer 100.000 kali lebih tipis daripada di Bumi, pada objek yang lima kali lebih kecil dari planet kita dan terletak di tepi tata surya,” ungkap co-author, Hans-Ulrich Käufl. “Kombinasi CRIRES dan VLT adalah seperti memiliki satelit penelitian atmosfer yang mengorbit Pluto.”
Dua model yang berbeda dapat menjelaskan properti atmosfer Pluto. Dalam model pertama, para astronom mengasumsikan bahwa permukaan Pluto dilingkupi oleh lapisan tipis metana, yang menempati sublimasi bekuan nitrogen. Skenario kedua melibatkan keberadaan metana murni di permukaan Pluto.
Menentukan mana yang paling tepat diantara keduanya akan membutuhkan studi yang lebih intensif saat Pluto bergerak menjauh dari Matahari. “Dan tentu saja, wahana antariksa New Horizon milik NASA akan menyediakan lebih banyak petunjuk saat mencapai planet kerdil itu pada 2015 nanti,” tukas Lellouch.
Penemuan ini telah dilaporkan dalam jurnal Astronomy and Astrophysics pada Februari lalu dalam makalah berjudul Pluto’s lower atmosphere structure and methane abundance from high-resolution spectroscopy and stellar occultations oleh E. Lellouch et al. (www.eso.org)

Ledakan Supernova Paling Cemerlang

Pengamatan melalui Observatorium Sinar-X Chandra yang berbasis antariksa, bersama-sama dengan pengamatan melalui teleskop optik di darat baru-baru ini berhasil merekam terjadinya suatu ledakan supernova. Supernova yang dinamai SN 2006gy tersebut berasal dari ledakan sebuah bintang yang sangat masif, dengan ukuran mencapai 150 kali Matahari.
“Ini betul-betul merupakan ledakan yang sangat besar, ratusan kali lebih berenergi daripada tipikal supernova lain,” jelas Nathan Smith dari University of California at Berkeley, yang memimpin tim astronom dari California dan University of Texas di Austin. “Ini menunjukkan bahwa bintang yang meledak tersebut mungkin adalah bintang yang massanya sedemikian besar, hingga mencapai 150 kali Matahari kita. Kita belum pernah melihat yang semacam ini sebelumnya.”
Para astronom memperkirakan bahwa banyak diantara bintang-bintang generasi pertama memiliki massa sebesar itu, dan supernova ini dapat menyediakan pangelihatan yang langka mengenai bagaimana bintang generasi pertama menemui ajalnya. Sebelumnya, para astronom belum pernah menemui bintang semasif itu maupun menyaksikan kematiannya. Penemuan supernova ini menyodorkan bukti bahwa kematian sebuah bintang masif ternyata sangat berbeda secara mendasar dengan prediksi teoretis.
sn2006gy_main_420.jpg
Gambar Ilustrasi dari SN2006gy beserta citra dari Observatorium Lick dan Chandra (Gambar: NASA/CXC/M.Weiss; X-ray: NASA/CXC/UC Berkeley/N.Smith et al.; IR: Lick/UC Berkeley/J.Bloom & C.Hansen)
Pengamatan melalui Chandra memungkinkan para astronom untuk mengembangkan penjelasan alternatif yang lebih umum untuk supernova: sebuah bintang kerdil putih dengan massa hanya sedikit lebih besar dari Matahari yang meledak dalam lingkungan yang padat dan kaya akan hidrogen. Namun dalam skenario ini, SN 2006gy seharusnya memancarkan sinar-X dalam intensitas hingga 1000 kali dari yang telah dideteksi oleh Chandra.
“Hal ini merupakan bukti kuat bahwa SN 2006gy adalah akhir dari hidup sebuah bintang yang teramat masif,” jelas Dave Pooley dari University of California at Berkeley yang memipin observasi menggunakan Observatorium Sinar-X Chandra.
Bintang yang menjadi cikal bakal SN 2006gy sepertinya telah melepaskan sejumlah besar massanya sebelum kemudian meledak. Pelepasan massa dalam jumlah besar ini sama dengan yang terlihat di Eta Carinae, sebuah bintang masif di galaksi kita. Hal ini meningkatkan kecurigaan bahwa Eta Carinae mungkin juga akan segera meledak menjadi sebuah supernova. Walaupun SN2006gy adalah supernova yang paling cemerlang yang pernah diamati, ia berada di galaksi NGC 1260, 240 juta tahun cahaya dari kita. Di sisi lain, Eta Carinae hanya berjarak 7500 tahun cahaya di dalam galaksi Bimasakti.
“Kami masih belum tahu secara pasti apakah Eta Carinae akan segera meledak, namun kami akan tetap mengamatinya sebagai antisipasi,” demikian diungkapkan Mario Livio dari Space Telescope Science Institute di Baltimore, yang tidak terlibat dalam riset ini. Apabila Eta Carinae meledak, cahayanya akan begitu cemerlang sehingga akan tampak meski pada siang hari di Bumi.
Supernova biasanya terjadi saat sebuah bintang yang masif kehabisan bahan bakar hidrogennya dan runtuh oleh gravitasinya sendiri. Dalam kasus SN 2006gy, para astronom memikirkan skenario yang berbeda. Dalam kondisi tertentu, inti sebuah bintang masif memancarkan sedemikian banyaknya radiasi sinar gama sehingga sebagian energi dari radiasi berubah menjadi pasangan partikel dan anti-partikel. Hal ini menyebabkan penurunan tingkat energi yang menyebabkan bintang itu runtuh oleh gravitasi raksasanya.
Setelah runtuh, reaksi termonuklir yang masih terjadi menyebabkan bintang yang bersangkutan meledak, melontarkan sisa-sisanya ke antariksa. Data dari SN 2006gy menunjukkan bahwa ledakan supernova semacam ini pada bintang-bintang generasi pertama — yang tidak melahirkan lubang hitam sebagaimana diteorikan — mungkin lebih umum daripada yang dipercaya selama ini.
Ada perbedaan yang besar diantara kedua kemungkinan tersebut. Seperti dijelaskan oleh Smith, dalam skenario pertama, ledakan supernova menyebarkan elemen baru dalam jumlah besar ke antriksa, sementara pada yang lainnya, elemen-elemen yang dihasilkan akan terkurung untuk selamanya dalam lubang hitam.

sumber : http://ias.dhani.org/2007/05/10/ledakan-supernova-paling-cemerlang/

Ditemukannya Lubang Hitam yang Hilang

Para astronom telah menemukan sebuah lubang hitam (black hole) masif yang sedang bertumbuh. Penemuan yang dicapai dengan memanfaatkan teleskop antariksa Spitzer dan Chandra tersebut merepresentasikan sekumpulan besar populasi yang selama ini dianggap telah hilang. Penemuan ini mengandung implikasi bahwa terdapat ratusan juta lubang hitam yang sedang bertumbuh di alam semesta muda, lebih dari dua kali lipat dari yang sebelumnya diketahui.
Saat alam semesta masih berusia muda, lubang hitam aktif yang supermasif dapat berada di mana saja. Penemuan ini juga merupakan bukti langsung pertama bahwa semua, atau paling tidak sebagian besar galaksi masif di alam semesta yang jauh menghabiskan masa mudanya dengan membangun lubang hitam raksasa pada pusatnya.
Selama beberapa dekade, populasi lubang hitam aktif dianggap telah hilang. Struktur berenergi tinggi tersebut adalah kelas dari lubang hitam yang disebut quasar (quasi stellar). Quasar tersusun atas awan gas berbentuk donat yang melingkupi serta membentuk sebuah lubang hitam supermasif. Gas dan debu yang terhisap oleh lubang hitam memanas dan melepaskan radiasi sinar-X yang dapat dideteksi sebagai cahaya yang berpendar di antariksa. Namun quasar itu sendiri tidak dapat dilihat secara langsung karena terhalangi oleh debu dan gas di sekelilingnya.
Hasil penelitian selama 30 tahun menunjukkan bahwa semestinya terdapat lebih banyak quasar di alam semesta, namun hingga kini kita tidak tahu dimana mencarinya. Demikian seperti dijelaskan Emanuele Daddi dari Commissariat l’Energie Atomique di Prancis yang memimpin penelitian ini.
Daddi dan timnya telah mempelajari 1000 galaksi masif yang diselubungi debu yang sedang aktif membangun bintang-bintangnya, namun selama ini dianggap tidak membentuk quasar. Galaksi-galaksi tersebut memiliki massa yang kurang lebih sama dengan galaksi Bima Sakti kita, namun memiliki bentuk yang tidak beraturan. Terletak pada jarak antara 9 hingga 11 miliar tahun cahaya, galaksi-galaksi tersebut eksis pada saat alam semesta masih berusia muda, antara 2,5 hingga 4,5 miliar tahun cahaya.
Pada saat para astronom mengamati lebih dekat galaksi tersebut melalui perangkat inframerah pada teleskop Spitzer, mereka menemukan bahwa sekitar 200 galaksi diantaranya melepaskan sinar inframerah dalam jumlah yang tidak biasa. Data sinar-X dari Chandra, bersama sebuah teknik yang dinamai “stacking” mengungkapkan bahwa galaksi-galaksi tersebut menyembunyikan quasar berukuran besar didalamnya. Para ilmuwan kini menduga bahwa quasar memanaskan debu pada awan berbentuk donat yang melingkupinya, dan sebagai akibatnya melepaskan sinar inframerah.
“Kami telah menemukan populasi terbesar dan quasar tersembunyi di alam semesta muda,” jelas Daddi. Sebelumnya, hanya sejumlah kecil lubang hitam yang paling berenergi yang berhasil dideteksi oleh para ilmuwan.
Quasar-quasar yang baru ditemukan ini membantu menjawab pertanyaan fundamental mengenai bagaimana sebuah galaksi masif berevolusi. Para astronom kini dapat memahami bahwa kebanyakan galaksi masif secara ajek membangun bintang-bintang dengan lubang hitam secara simultan hingga ukurannya menjadi terlalu besar dan lubang-lubang hitam yang terbentuk akhirnya menghentikan proses pembentukan bintang.
Observasi ini juga menunjukkan bahwa terjadinya tabrakan antar galaksi tidak memainkan peran sebesar seperti yang sebelumnya dikira dalam hal evolusi galaksi. Menurut teori, penggabungan (merger) antar galaksi diperlukan untuk menyulut aktifitas quasar, namun kini kita dapat melihat bahwa quasar dapat menjadi aktif dalam galaksi yang tanpa gangguan. Demikian seperti dijelaskan David Alexander dari Durham University, Ingrris.
Observasi ini dilakukan sebagai bagian dari apa yang disebut Great Observatories Origins Deep Survey (GOODS), suatu survey terhadap alam semesta jauh dalam multi panjang gelombang yang paling sensitif hingga saat ini. (spitzer.caltech.edu/Media/releases/)

Olympus Mons, Gunung Tertinggi di Jagat Raya



Tingginya mencapai 22 ribu kilometer dan berada di planet yang hanya separuh ukuran Bumi.



VIVAnews - Puncak gunung Everest tingginya mencapai 8.848 meter dan disepakati sebagai gunung tertinggi di planet Bumi. Akan tetapi, Everst tidak ada apa-apanya dibanding Olympus Mons, gunung yang ada di planet Mars.

Dengan tinggi hingga mencapai 14 mil, atau sekitar 22.530 meter, Olympus Mons yang merupakan gunung berapi di planet Mars saat ini juga menjadi gunung tertinggi yang pernah terdeteksi di seluruh tata surya hingga saat ini. Saking tingginya, jika seorang pendaki gunung berdiri di kaki Olympus Mons, ia tidak akan mampu melihat puncak gunung itu.

“Gunung raksasa ini diperkirakan terbentuk dengan cara yang sama dengan terbentuknya gunung-gunung di planet Bumi, yakni berdiri di titik di mana batu-batuan panas dari bagian dalam planet terlontar ke atas,” kata David Baker dan Todd Ratcliff, peneliti dari Goddard Space Flight Center dan Kennedy Space Center NASA pada laporannya, seperti dikutip dari Extremesolarsystem, 31 Desember 2010.

Meski demikian, gunung Olympus Mons masih bisa tumbuh lebih tinggi lagi dengan cara yang berbeda dengan gunung berapi di planet Bumi karena planet Mars tidak memiliki lempeng tektonik.

Di Bumi, sebut kedua peneliti itu, lempeng tektonik berfungsi seperti ban berjalan di atas bara yang panas. “Gunung-gunung terbentuk, mati, dan kemudian membentuk gunung baru karena lempeng bergerak di atas titik panas yang menghasilkan rangkaian gunung berapi,” sebutnya.

Dengan tidak adanya lempeng yang bergerak di planet Mars, Olympus Mons kemungkinan berada di sebuah saluran pembentuk gunung berapi untuk jangka yang sangat panjang.

Sebagai gambaran, Mars merupakan planet kecil yang berukuran hanya sekitar separuh planet Bumi. Bayangkan betapa signifikannya gunung Olympus Mons terhadap planet itu.
• VIVAnews

Miskin dan Tidak Pintar bukan alasan untuk tidak suskes


Prof. Masatoshi Koshiba (Jepang) dan Prof. Daniel Chee Tsui (China) adalah dua fisikawan peraih nobel fisika yang memiliki latar belakang kehidupan yang unik. Ketika Koshiba masih belajar di sekolah menengah, seorang gurunya mengatakan bahwa Koshiba tidak mungkin bisa belajar fisika karena ia selalu mendapatnilai merah. Sedangkan Prof. Tsui adalah orang China ndeso dan kedua orang tuanya juga buta huruf. Desa kelahirannya selalu dilanda bencana kelaparan, banjir dan peperangan. Lalu mengapa nasib yang tidak menguntungkan tersebut membuahkan kesuksesan bagi mereka ? Tulisan ini GuruMuda tujukan bagi adik-adik pelajar sekolah menengah yang merasa kemampuan otaknya pas-pasan, apalagi sampai sering mendapat nilai merah; juga bagi kita yang berasal dari keluarga miskin, apalagi orangtua buta huruf alias tidak bisa membaca dan menulis. Selamat membaca sambil merenung… semoga kita termotivasi untuk mengikuti jejak mereka. Sukses adalah milik kita semua, mengapa koshiba dan Tsui bisa, kita tidak ? khan sama-sama punya kepala, kaki dan tangan, darah sama-sama merah. Bedanya diriku agak hitam, dirimu mungkin agak putih dan eyang Koshiba dan Tsui kulitnya putih + agak sipit ;)
Eyang Masatoshi Koshiba lahir di kota Toyohashi, Jepang, pada tanggal 19 September 1926. Pada mulanya ia bercita-cita masuk militer mengikuti jejak ayahnya atau menjadi musisi, karena ia sangat menyukai musik. Cita-citanya masuk militer gagal karena sebelum mengikuti tes ia menderita sakit Polio. Tetapi mengapa ia memilih untuk menekuni ilmu fisika, bukannya menjadi musisi ? seandainya Koshiba di Indonesia, mungkin ia akan memilih menjadi musisi, khan jadi terkenal dan punya banyak uang, tiap hari konser + punya sekampung fans… Koshiba memilih menjadi fisikawan, karena gurunya mengatakan bahwa ia tidak mungkin bisa belajar fisika. nilai raportnya penuh dengan nilai-nilai berwarna merah ;) karena merasa diangap rendah oleh gurunya, Koshiba lalu melepaskan keinginannya menjadi musisi dan memutuskan untuk menekuni ilmu fisika di Universitas Tokyo. Lagi-lagi, sial menimpa dirinya… nilai hasil belajar yang kurang memuaskan selalu menyertai langkah hidupnya ketika belajar di Universitas Tokyo. Koshiba tetap ngotot untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi karena ia yakin bisa menguasai ilmu fisika. Padahal nilainya sering jeblok ;) ketika kuliah di jepang, Koshiba juga sambil bekerja untuk meringankan beban hidup keluarganya. Setelah menamatkan kuliah di Universitas Tokyo, ia nekat pergi ke Amerika Serikat hanya untuk belajar fisika. Nekat banget nih orang, banyak nilai merah tapi masih ngotot… sebagaimana tradisi yang masih berlanjut hingga sekarang, dia juga diharuskan membawa surat rekomendasi dari salah satu dosennya di Tokyo. Tahukah dirimu apa yang ditulis dosen tersebut ? “nilainya selalu kurang memuaskan…. Tetapi dia tidak bodoh….” Dengan semangat yang menggebu-gebu dan penuh perjoeangan + kerja keras yang luar biasa, Koshiba berhasil memperoleh gelar Doktor di University of Rochester.Mengerikan…. Sering mendapat nilai merah tetapi berhasil menjadi Doktor… fisika lagi…
Setelah berjoeang di Amerika serikat, Koshiba kembali ke Jepang dan setelah beberapa tahun mengajar dan melakukan riset, ia diangkat menjadi Profesor di Universitas Tokyo… Dahulu kala, di kampus tersebut ia sering mendapat nilai yang kurang memuaskan… ternyata ia menjadi profesor di tempat yang sama… aneh bin ajaib. Rupanya gelar profesor belum cukup bagi Koshiba. Mungkin beliau masih merasa sakit hati dengan ucapan gurunya dan mungkin juga dosennya, sehingga ia tetap bekerja keras dan tetap dalam perdjoeangan melakukan riset… Puncak prestasinya pun tiba… ia dinobatkan menjadi fisikawan peraih Nobel Fisika pada tahun 2002, penghargaan yang sangat bergengsi bagi para fisikawan di seluruh pelosok bumi. Nobel Fisika adalah hadiah Prof. Koshiba yang paling indah untuk guru dan dosennya yang pernah menganggap dirinya tidak mampu… mengapa ia bisa kita tidak ?
Dari Jepang, mari kita jalan-jalan ke China.
Prof. Daniel Chee Tsui lahir pada tanggal 28 Februari 1939 di sebuah desa kecil, Provinsi Henan, China. Ayah dan ibunya buta huruf dan mereka juga tinggal di desa yang selalu dilanda bencana banjir, kekeringan dan perang. Walaupun buta huruf, ayahnya sangat ingin Tsui sukses, sehingga pada tahun 1951 ayahnya mengirim Tsui ke Hongkong. Setelah lulus sekolah dasar, Tsui melanjutkan ke sekolah menengah Pui Ching, Kowloon, Hongkong, sebuah sekolah menengah yang sangat terkenal di Hongkong. Luar biasa orang tua beliau… karena kejeniusan dan kerja kerasnya yang luar biasa, Tsui berhasil mendapat beasiswa ke Amerika Serikat. Setelah Lulus dari Augustana College, Tsui melanjutkan kuliahnya ke University of Chicago dan berhasil meraih gelar doktor pada tahun 1968.
Setelah berhasil meraih gelar doktor, Tsui melakukan riset di Bell Laboratories, New Jersey. Dengan tekun dan kerja keras, ia berhasil menemukan material baru dimana elektron dapat bergerak dipermukaannya tanpa gesekan. Penemuannya ini sekarang digunakan untuk pembuatan chip-chip komputer yang merupakan peralatan utama untuk era teknologi canggih saat ini. Penemuannya tersebut membuatnya memperoleh penghargaan nobel fisika pada tahun 1998. Beliau adalah Profesor teknik elektro pada Princeton University dan menjadi pembimbing Oki Gunawan, Ph.D, mahasiswa Indonesia yang pernah memperoleh medali perunggu pada Olimpiade Fisika Internasional tahun 1993, saat Indonesia pertama kali mengikuti kejuaraan bergengsi tersebut. Kemiskinan dan kemelaratan ternyata tidak membuatnya mundur dan menjadi alasan terbaik untuk tidak sukses… bagaimana dengan kita ?
Sukses yang mereka peroleh adalah hasil kerja keras dan penuh perjoeangan… kemampuan otak yang pas-pasan tidak menjadi alasan bagi Koshiba untuk gagal. Orang tua yang miskin juga tidak menjadi alasan bagi Tsui untuk mundur. Mari kita belajar dari kedua fisikawan kelas kakap ini. Apakah dirimu merasa sering mendapat nilai merah ? kenangkanlah Koshiba di manapun dirimu berada. Atau dirimu juga berasal dari keluarga yang penuh penderitaan dan kemelaratan ? ingatlah Prof. Tsui… pintar saja tidak cukup, demikian kata Prof. Tsui… harus tekun dan tetap kerja keras sampai sukses. Apapun bidang yang engkau sukai dan akan atau sedang ditekuni, tetaplah fokus di sana dan bertekunlah… Tunjukkan kepada semua orang yang meragukanmu, mereka yang pernah mengatakan dirimu bodoh, miskin, melarat dan tertindas… bahwa dirimu juga bisa. Ayo, mari kita sama-sama berjoeang… Ssstttt… jangan lupa Tuhan

sumber : http://www.gurumuda.com/miskin-dan-tidak-pintar-bukan-alasan-untuk-tidak-suskes#more-1919

Kamis, 30 Desember 2010

Mengenal Hidrogen Peroksida (H2O2)


Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 ditemukan oleh Louis Jacques Thenard di tahun 1818. Senyawa ini merupakan bahan kimia anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat. Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H2) dan gas oksigen (O2). Teknologi yang banyak digunakan di dalam industri hidrogen peroksida adalah auto oksidasi Anthraquinone.
H2O2 tidak berwarna, berbau khas agak keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Dalam kondisi normal (kondisi ambient), hidrogen peroksida sangat stabil dengan laju dekomposisi kira-kira kurang dari 1% per tahun.

Mayoritas pengunaan hidrogen peroksida adalah dengan memanfaatkan dan merekayasa reaksi dekomposisinya, yang intinya menghasilkan oksigen. Pada tahap produksi hidrogen peroksida, bahan stabilizer kimia biasanya ditambahkan dengan maksud untuk menghambat laju dekomposisinya. Termasuk dekomposisi yang terjadi selama produk hidrogen peroksida dalam penyimpanan. Selain menghasilkan oksigen, reaksi dekomposisi hidrogen peroksida juga menghasilkan air (H2O) dan panas. Reaksi dekomposisi eksotermis yang terjadi adalah sebagai berikut:
H2O2 -> H2O + 1/2O2 + 23.45 kcal/mol

Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi dekomposisi hidrogen peroksida adalah:
1. Bahan organik tertentu, seperti alkohol dan bensin
2. Katalis, seperti Pd, Fe, Cu, Ni, Cr, Pb, Mn
3. Temperatur, laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida naik sebesar 2.2 x setiap kenaikan 10oC (dalam range temperatur 20-100oC)
4. Permukaan container yang tidak rata (active surface)
5. Padatan yang tersuspensi, seperti partikel debu atau pengotor lainnya
6. Makin tinggi pH (makin basa) laju dekomposisi semakin tinggi
7. Radiasi, terutama radiasi dari sinar dengan panjang gelombang yang pendek

Hidrogen peroksida bisa digunakan sebagai zat pengelantang atau bleaching agent pada industri pulp, kertas, dan tekstil. Senyawa ini juga biasa dipakai pada proses pengolahan limbah cair, industri kimia, pembuatan deterjen, makanan dan minuman, medis, serta industri elektronika (pembuatan PCB).

Salah satu keunggulan hidrogen peroksida dibandingkan dengan oksidator yang lain adalah sifatnya yang ramah lingkungan karena tidak meninggalkan residu yang berbahaya. Kekuatan oksidatornya pun dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh dalam industri pulp dan kertas, penggunaan hidrogen peroksida biasanya dikombinasikan dengan NaOH atau soda api. Semakin basa, maka laju dekomposisi hidrogen peroksida pun semakin tinggi. Kebutuhan industri akan hidrogen peroksida terus meningkat dari tahun ke tahun. Walaupun saat ini di Indonesia sudah terdapat beberapa pabrik penghasil hidrogen peroksida seperti PT Peroksida Indonesia Pratama, PT Degussa Peroxide Indonesia, dan PT Samator Inti Peroksida, tetapi kebutuhan di dalam negeri masih tetap harus diimpor.

sumber : http://www.forumsains.com/artikel/mengenal-hidrogen-peroksida-h2o2/

Fakta Unik Tentang Bahasa Inggris

Ada beberapa fakta unik tentang bahasa Inggris yang mungkin belum diketahui anda, antara lain adalah :

1. Stewardesses adalah kata terpanjang yang dapat diketik di keyboard hanya dengan menggunakan tangan kiri Anda. Sedangkan untuk tangan kanan, lollipop adalah yang terpanjang. 

2. Tidak ada kata dalam bahasa Inggris yang bersajak/berima dengan month, orange, silver, purple, angst dan scalp. 

3. Dreamt adalah satu-satunya kata bahasa Inggris yang berakhir dengan huruf ‘mt’.

4. Kalimat The quick brown fox jumps over the lazy dog menggunakan setiap huruf yang ada dalam abjad. 

5. Kata racecar, kayak dan level dapat dibaca bolak-balik dari kiri ke kanan ataupun dari kanan ke kiri.

6. Hanya ada empat kata dalam bahasa Inggris yang berakhir dengan suku kata ‘dous’, yaitu: tremendous, horrendous, stupendous dan hazardous. 

7. Ada dua kata dalam bahasa Inggris yang menggunakan kelima huruf hidup secara berurutan (a, e, i, o, u), yaitu: abstemious dan facetious. 

8. Typewriter adalah kata terpanjang yang dapat diketik menggunakan huruf-huruf yang terdapat pada satu baris tombol keyboard (baris QWERTY). 

9. Huruf yang paling sering dipakai dalam bahasa Inggris adalah huruf ‘e’. Ini merupakan fakta baik dalam penggunaan bahasa Inggris secara umum, dalam karya fiksi dan non-fiksi, jurnalisme, kitab suci dan bahkan kode Morse!

10. Untuk huruf konsonan, huruf yang paling sering dipakai adalah huruf ‘t’.

11. Huruf yang paling sedikit digunakan dalam bahasa Inggris adalah ‘q’ – bukan ‘z’. 

12. Lima huruf yang paling sering muncul sebagai huruf pertama dalam kata bahasa Inggris – secara berurutan – adalah ‘t’, ‘o’, ‘a’, ‘w’ dan ‘b’. 

13. Hampir setengah dari seluruh kata bahasa Inggris diakhiri oleh huruf ‘e’, ‘t’, ‘d’ dan ‘s’. 

14. The adalah kata yang paling sering digunakan dalam bahasa Inggris. Bila Anda tidak percaya, cobalah berbicara dalam bahasa Inggris standar yang benar selama 5 menit tanpa menggunakan kata ‘the’.


sumber : http://www.forumsains.com/artikel/fakta-unik-tentang-bahasa-inggris/

Blog Archive